APRESIASI setinggi-tingginya disampaikan Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA kepada segenap penyelenggara BNI-ITB Ultra Marathon. Mantan Rektor ITB periode 2015-2020 ini menilai, BNI-ITB Ultra Marathon yang diinisiasi alumni FTMD ITB dengan payung Yayasan Solidarity Forever (YSF) telah menjelma menjadi media penggalang persatuan alumni dalam membesarkan almamater ITB, baik dari sisi materi maupun reputasi.
Prof. Kadarsyah menuturkan, BNI-ITB Ultra Marathon berkontribusi signifikan terhadap kemajuan ITB. Walaupun awalnya secara spesifik merupakan hajat alumni FTMD ITB untuk menggalang dana bagi kemajuan fakultasnya, dalam perjalanannya, kegiatan ini telah menjadi kebanggaan ITB secara keseluruhan. Inisiasi YSF dan alumni FTMD ITB ini menjadi inspirasi jurusan lain untuk melakukan hal serupa sehingga tercipta lomba yang sangat positif.
Masing-masing jurusan bersaing mengumpulkan dana untuk membantu almamater. “Jelas itu meringankan beban saya sebagai rektor karena banyak alumni jurusan, alumni angkatan yang mau membantu ITB mencarikan dana. Luar biasa, seingat saya, BNI-ITB Ultra Marathon ini merupakan salah satu kontribusi alumni yang sangat terorganisasi,” katanya.
Untuk itu, ia secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Susilo Siswoutomo dan kawan-kawan di YSF yang memiliki inisiatif luar biasa mengadakan program ini. “Saya ingat saat itu beliau mempersiapkan semuanya dengan sepenuh hati, menggalang semua rencana. Pak Susilo itu humble, mau merakyat, merangkul banyak orang, dan sangat cinta almamater. Padahal, beliau itu merupakan pejabat tinggi negara,” ujar peraih penghargaan Satyalancana Karya Satya 20 tahun dan 10 tahun dari Presiden RI pada 2003 dan 2011 ini.
Apa yang dilakukan YSF dan alumni FTMD ini, menurut Kadarsyah sejalan dengan falsafah yang terkandung dalam kata almamater, “alma” mengandung makna air susu, sedangkan “mater” berarti ibu. “Ini saya dapat dari senior saya, Prof. Eddy Subroto, Guru Besar Geologi ITB. Saya sering menyampaikan hal ini berulang-ulang di banyak kesempatan, seperti wisuda, penerimaan mahasiswa baru, maupun forum-forum alumni, bahwa barang siapa yang selalu mengingat air susu ibu, akan mulia hidupnya,” katanya.
Pada tahun berikutnya (2018), YSF menjadikan BNI-ITB Ultra Marathon sebagai program yang bisa merangkul banyak pihak. “Itu luar biasa. Ini patut dicontoh. Tanpa jabatan di kepengurusan alumni, beliau punya kapasitas untuk merangkul banyak alumni, bahkan pihak eksternal sehingga ITB makin dicintai, makin naik reputasinya. Bayangkan, lari dari Jakarta ke Bandung malam dan siang. Tentu mengundang perhatian publik. Itu mengetuk hati publik bahwa ITB itu ada dan alumni ITB itu cinta kepada almamaternya,” ujarnya.
Keterlibatan Kadarsyah Suryadi dalam BNI-ITB Ultra Marathon dilakukan sejak awal penyelenggaraan. Bukan hanya untuk urusan di atas kertas, tetapi ikut juga dalam beberapa pertemuan strategis dan turut menyukseskan BNI-ITB Ultra Marathon sampai hari H penyelenggaraan. “Sampai malam-malam di Jakarta, mengibarkan bendera start. Hari Minggunya saya ikut juga berlari. Kalau yang lain 20, 40, saya itu 100…, 100 meter, semampunya,” ujar Kadarsyah tertawa lepas.
Sementara itu, dengan perkembangan terbaru bahwa BNI-ITB Ultra Marathon 2020 harus dilakukan secara virtual karena pandemi COVID-19, Kadarsyah menanggapinya dari sisi positif. Ia menilai dengan dilakukan secara virtual, BNI-ITB Ultra Marathon menjadi mengglobal. “Jadi, from local to global sehingga eksitensi ITB tidak hanya dirasakan oleh masyarakat lokal dan nasional, tetapi juga internasional. Untuk itu, selalu ada hikmah di balik musibah,” katanya.
Menurut Kadarsyah, program BNI-ITB Ultra Marathon sangatlah menginspirasi, bagaimana alumni membangun komitmen untuk membesarkan almamater. “Ini yang membuat saya terharu karena ternyata BNI-ITB Ultra Marathon memilik roh, memiliki jiwa bagaimana membesarkan almamater dengan berbagai kegiatan di dalamnya. Ini patut dicontoh oleh program yang lain. Alumni yang bisa membangun citra positif ITB,” ujarnya.
Kadarsyah menyelesaikan studinya di Teknik Industri ITB pada tahun 1986. Ketika itu, ia mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan ITB dan Mahasiswa Teladan Nasional dari Rektor ITB dan Mendikbud RI. Selain meraih Satyalancana Karya Satya 10 tahun, 20 tahun, dan 30 tahun dari Presiden RI pada 2003, 2011, dan 2018, ia mendapat penghargaan sebagai Rektor PTN BH Terbaik di Indonesia (Academic Leader Award 2018) dari Kementerian Ristek Dikti. Kemudian pada 1996, ia mendapat penghargaan Satyalancana Dwidya Sistha dari Panglima ABRI saat itu. Pada 1988, ia menyelesaikan program S-2 di Master Program on Technology Inovation Managemen di Departement Teknik Industri Ecole Centrale Paris, Prancis dan menyabet gelar doktor dari Universite d'Aix Marseile 3 Perancis pada tahun 1992.
Selepas menyelesaikan program S-3 di Prancis, ia melanjutkan pendidikan post doctoral-nya di Tokyo Institute Of Technology mengambil spesialisasi Teknik Industri/Decision Support System in Chemical Batch Processing. Kini, Kadarsyah mengaku kembali turun gunung, yaitu mengajar, meneliti, membimbing mahasiswa S-1 sampai S-3. “Saya juga sering mendapat permintaan seminar. Alhamdulillah teman-teman masih ingat. Seminar itu adalah silaturahmi. Dengan silaturahmi, yang jauh jadi dekat, yang sulit jadi mudah, dan yang tidak mungkin menjadi mungkin,” ujarnya menutup pembicaraan.***











