Ir. Syahrial Loetan

Kenangan Jidat Berdarah

Tiba di kampus darahnya sudah kering dan saya tetap dapat medali

Senin, 1 Maret 2021
Senin, 1 Maret 2021
syahrial19.jpg
ist

TIDAK pernah terbayangkan sebelumnya oleh Ir. Syahrial Loetan, di umurnya yang sudah tidak muda lagi, dia mampu mengumpulkan 41 medali dari berbagai event lari, salah satunya event BNI-ITB Ultra Marathon. Syahrial mengaku BNI-ITB Ultra Marathon 2018 merupakan pertama kalinya dia mengikuti lomba lari hingga menempuh 10K (kilometer). Namun, semenjak berhasil membuktikan diri bisa berlari sejauh 10K, dia pun mulai menjajal event lari lainnya di berbagai kota.

Diceritakannya, awal bisa ikut ITB Ultra Marathon karena diajak teman seangkatannya, salah satunya ialah penggagas BNI-ITB Ultra Marathon, Susilo Siswoutomo. “Beliau minta bikin tim untuk lari Jakarta-Bandung. Karena enggak enak hati masa angkatannya enggak ikut, makanya saya mulai merayu satu per satu. Mereka pada kaget, umur sudah 67 tahun enggak mungkin lari Jakarta-Bandung. Kita dibohongi sama Susilo katanya bisa 15K sama 3 orang. Sampai akhirnya kita berlatih dan saya kaptennya. Hasil latihan mengagetkan, ternyata teman-teman bisa kuat 10K dan kita pun memutuskan ikut BNI-ITB Ultra Marathon 2018. Hasilnya juga enggak jelek-jelek amat. Kita angkatan '70 bisa finis di urutan 70. Tim paling tua, tapi tidak terlalu payah,” ujar alumni Teknik Sipil ITB ini.

Berbekal pengalaman tahun sebelumnya, pada BNI-ITB Ultra Marathon 2019, angkatan '70 turun di jarak lebih jauh, yaitu 200K dengan anggota tim 20 orang. Banyak momen yang dikenang Syahrial pada keikutsertaannya yang kedua itu, mulai dari menunggu temannya yang tidak datang-datang karena ternyata mengalami dua kali kram sampai dua kali ke kamar mandi karena sakit perut.

“Jadi teman saya itu pelari sebelum saya. Dia baru gabung sama kita dan kita belum pernah lihat dia lari 10K. Tapi, karena kepepet, dipasang juga. Saya tunggu jam 4 sore, jam 5, jam 6 belum datang juga. Saya tanya panitia ternyata kita tim terakhir yang ada di relay Cianjur. Dia sampai di pos saya malam banget dan hujan besar saai itu,” kenangnya.

Untuk mengejar ketinggalan dari tim lain, dalam kondisi sudah gelap, memakai jas hujan dan memakai senter di kepala, mantan Sekretaris Utama di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) itu pun berlari kencang. Sayang, di 800 meter menjelang pos relay dia terjatuh yang mengakibatkan dahinya berdarah.

“Karena jidat saya berdarah, akhirnya saya dinaikkan ke mobil. Waktu itu saya tidak ke rumah sakit dan lukanya hanya diobati pakai Betadine. Saya sebenarnya enggak bilang sama teman-teman kalau saya jatuh dan berdarah. Tapi, ada panitia yang melaporkan dan waktu itu Pak Susilo pun panik. Ia menelepon saya, tapi tidak saya angkat. Sampai akhirnya saya tiba di kampus darahnya sudah kering. Dan saya tetap dapat medali,” bebernya sambil tertawa mengenang kembali pengalamannya di ITB Ultra Marathon.

Bagi pria yang pernah mendampingi tiga menteri ini, keikutsertaannya di BNI-ITB Ultra Marathon menambah kegembiraan mereka yang sudah sepuh. Ternyata banyak hal yang bisa dilakukan meski usia sudah tidak muda lagi..

“Jadi, yang awalnya kita merasa tidak mampu atau tidak yakin, setelah dicoba ternyata bisa. Itu membuat kita yakin masih bisa melakukan di event lain. Saya pernah ikut di Pontianak, Medan, pokoknya di kota-kota lain. Saya pernah sombong mungkin bisa turun di half marathon. Saya memang latihan terus, tapi belum pernah sampai 21K. Ternyata half marathon itu terasa banget bedanya, baru 18K saya sudah hampir semaput. Dengan perjuangan keras akhirnya saya bisa sampai finis pas COT (cut off time),” tuturnya.

Di tengah kesibukannya sebagai konsultan perdesaan, Syahrial mengaku dia masih senang berolah raga lari. Bahkan, sekarang ini dia baru saja menuntaskan tugasnya mengumpulkan kilometer untuk sebuah lomba lari virtual. “Exercise saya memang cuma lari doang, seminggu bisa 4 kali. Saya baru mengirimkan hasil kilometer, tinggal menunggu medali saja,” pungkasnya.*

 

Share
Comments