Susilo Siswoutomo

Masih Banyak Mimpi Besar Ultra Marathon

“Angkatan ‘70 mungkin akan fade away, tetapi BNI-ITB Ultra Marathon dan semangat yang ada di dalamnya akan terus ada...”

Minggu, 21 Maret 2021
Minggu, 21 Maret 2021
susilo1.jpg
dok ITB

 

SUKSES BNI-ITB Ultra Marathon atas prakarsa Yayasan Solidarity Forever (YSF) mengukuhkan bahwa olahraga menjadi wadah ampuh menyatukan semua kalangan. Para peserta yang didominasi alumni ITB, khususnya dari FTMD, bersinergi tanpa sekat dalam acara yang telah diselenggarakan selama empat kali tersebut.

“Tidak melihat latar belakang jabatan, persaingan politik atau bisnis, laki-laki atau perempuan, tua maupun muda, mereka turun ke jalan untuk menjalankan misi yang sama, menyusuri rute lari dari Jakarta ke Bandung. Inilah yang saya sebut sebagai beyond ultra marathon,” ujar salah seorang pendiri sekaligus Ketua Yayasan Solidarity Forever, Susilo Siswoutomo.

Semangat BNI-ITB Ultra Marathon terus menginspirasi YSF untuk menggalang dana membantu almamater dengan cara yang tak biasa. Cara yang merepresentasikan semangat seorang pelari ultra yang pantang menyerah, tetapi juga menjalaninya dengan penuh suka cita.

Menurut mantan Wakil Menteri ESDM ini, antusiasme tinggi alumni, terutama dari FTMD angkatan ’70 sangat terasa sejak BNI-ITB Ultra Marathon digelar perdana tahun 2017. Tidak terbayangkan sebelumnya, mereka yang umurnya sudah sudah sepuh pun masih memiliki spirit untuk berlari dengan jarak yang sudah ditentukan. Tidak sedikit dari alumni yang memiliki jabatan penting di pemerintahan maupun perusahaan ataupun universitas turun gunung. Mereka guyub bersatu, berjabat erat dalam kebersamaan yang tercipta lewat BNI-ITB Ultra Marathon.

“Saya ingat, tahun 2017 awalnya kita sempat merasa khawatir karena angkatan ‘70 ini kan merupakan angkatan paling tua. Khawatir akan terjadi sesuatu. Namun, semua itu terbantahkan. Euforia di akhir lomba begitu luar biasa. Ketika masuk kampus (finis), kita tak lagi merasa sudah berumur 60 tahun, tetapi merasa seperti anak kecil. Merasa sangat membanggakan,” ujar Susilo.

Belajar dari trial and error, disampaikan Susilo, penyelenggaraan BNI-ITB Ultra Marathon pada tahun kedua berlangsung lebih bagus. Tema yang diusung pun diubah, dari “Tribute to FTMD” pada gelaran pertama berkembang menjadi “Tribute to ITB” dengan maksud menghubungkan ITB dengan alumninya. Dua pelaksanaan terakhir (2019 dan 2020) pun cukup fenomenal. Jumlah peserta terus bertambah. Bahkan, pada BNI-ITB Ultra Marathon 2020 yang dilaksanakan secara virtual di tengah pandemi diikuti oleh 5.000 lebih peserta.

Pria kelahiran Boyolali 4 September 1950 ini mengatakan, BNI-ITB Ultra Marathon dari 2017 hingga 2020 merupakan satu kesatuan. “Ibarat sejarah kehidupan yang penuh dengan dinamika, euforia, kelucuan, serta lesson learned, semua yang terjadi saat ultra marathon tidak dapat terpisahkan. Penuh makna, satu kesatuan, ada kelanjutan (continuity), never ending,” tuturnya.

Susilo menyebut, angkatan ‘70 mungkin akan fade away, tetapi BNI-ITB Ultra Marathon dan semangat yang ada di dalamnya akan terus ada. Bahkan, ke depan, ia berencana menggelar BNI-ITB Ultra Marathon dengan jangkauan lebih luas, merangkul universitas-universitas lain. Terlebih, pada penyelenggaraan 2020 yang digelar secara virtual membuat peserta alumni ITB di luar negeri pun bisa ikut ambil bagian. Ia pun mengatakan, tidak menutup kemungkinan nantinya ada BNI-ITB Ultra Marathon di berbagai negara.

“Saya ingin membuat BNI-ITB Ultra Marathon and Friends, yaitu dengan mengajak universitas lain sehingga nantinya akan menjadi intervasity. Saya juga mempunyai mimpi nanti akan ada BNI-ITB Ultra Marathon di Boston, New York, San Francisco. Punya mimpi seperti itu boleh-boleh saja kan,” katanya.

Selepas kuliah di ITB Susilo Siswoutomo sempat bekerja hampir selama 33 tahun di Mobil Oil Indonesia (sekarang ExxonMobil). Setelah pensiun, ia bekerja sebagai penasihat ahli di Cepu Mobil United. Kemudian pada tahun 2007, ia menjadi penasihat ahli Wakil Kepala BP Migas (sekarang SKK Migas) hingga tahun 2010. Pada Januari 2013 ia dilantik menjadi Wakil Menteri ESDM menggantikan Rudi Rubiandini yang ketika itu diserahi tugas oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).*

 

Share
Comments