Theresia Ratih Sawitridjati

Pelari COT

Mereka kaget karena saya terlihat lebih langsing. Kata-kata itu pun membuat saya semakin bersemangat

Rabu, 24 Februari 2021
Rabu, 24 Februari 2021
ratih.jpeg

Saat ini kita mungkin melihat sosok Theresia Ratih Sawitridjati sebagai salah seorang wanita tangguh yang mampu menyelesaikan lari marathon sampai 60 km dan terbukti dengan menaklukan lomba marathon 42 km di Berlin. “Saya sebenarnya bukan orang yang suka lari. Waktu kecil kalau olahraga paling males, Hanya setelah SMP, SMA mulai aktif bermain basket. Jadi lari itu bukan favorit,” kisahnya.

Wanita yang akrab disapa Ratih ini mengaku mulai menekuni olahraga lari baru pada tahun 2015. Saat itu teman-teman seangkatannya di ITB89 menggelar penggalangan dana untuk kegiatan sosial pendidikan. “Caranya dengan menjual kilometer pelari dalam hal ini para alumni, yang sedang berlomba di Jakarta Marathon,

Berkat kegiatan sosial itu, ia melakukan persiapan. “Persiapannya mulai berlatih lari dari hanya satu kilometer, kemudian dinaikan sedikit demi sedikit hingga akhirnya bisa berlari sejauh 5 kilometer,” tuturnya.

Alhasil, Ratih pun mampu menyelesaikan marathon pertamanya pada nomor 5K (kilometer) di Jakarta Marathon itu dengan cukup baik, dan angkatannya bisa mengumpulkan dana untuk kegiatan sosial itu. Keberhasilan ini membuatnya ketagihan dan terus mengikuti event lari setiap bulannya hingga pada 2016, sempat mengikuti Tahura Trail Running Race di kategori 10K.

“Pada tahun yang sama saya sempat bertemu dengan teman yang sudah lama tidak bertemu dan mereka kaget karena saya terlihat lebih langsing. Kata-kata itu pun membuat saya semakin bersemangat, kemudian rutin lari dan ikut marathon,” kata Ratih.

Sampai tahun 2017, Ratih pun mulai mencoba untuk berlari lebih jauh lagi saat turun di event Bali Martahon 42K. Tidak berselang lama setelah menuntaskan lari sejauh 42K, Ratih kembali ikut lomba di BNI ITB Ultra Marathon

Tidak puas hanya menjajal marathon di dalam negeri,  pada  2019 saat menengok anaknya yang sedang kuliah di Jerman, ia pun menyempatkan diri untuk ikut 2019 Berlin Marathon di kategori 42K. Baginya, ultra marathon di Berlin ini menjadi pengalaman dan prestasi terbaiknya.

“Sebenernya hasilnya tidak bagus-bagus amat sih tapi saya bisa menyelesaikan marathon sebelum COT (cut-off time). Jadi di Berlin itu COT-nya 6 jam, dan saya bisa menyelesaikannya 5 jam 55 menit. Jadi saya bisa finis lima menit sebelum COT. Istilahnya saya itu pelari COT, pelari yang finishnya deket-deket dari waktu yang ditetapkan. Jadi saya ini bukan pelari cepat, tapi senang-senang ajalah,” candanya.

Setelah kuliah S1 di  Fisika FMIPA ITB, Ratih melanjutkan studinya di jurusan psikologi untuk bisa lebih merawat anaknya yang berkebutuhan khusus, hingga kemudian menjadi konsultan dan terapis untuk anak-anak berkebutuhan khusus. “Sejak pandemi COVID-19, saya belum menerima murid lagi, dan sekarang kegiatan saya bertani,” katanya, sambil berancang-ancang untuk tetap berlari, apalagi jika disertai tujuan kebersamaan dan aksi sosial.*

Share
Comments