DALAM benak Dr. Techn. Ir. Arief Hariyanto sebelumnya tak pernah tebersit untuk bisa jatuh cinta dengan olahraga lari. Sejak kecil, ia bukanlah tipe orang yang menyenangi olahraga. Akan tetapi, alasan kesehatan mengubah semuanya. Pada tahun 2003, ia pun akhirnya memutuskan untuk mulai menggerakkan badannya, berolahraga.
Awalnya, kata Direktur Pendidikan ITB ini, olahraga yang ditekuninya adalah bersepeda. Baru pada 2014, ia mulai mencoba olahraga lari dan intens menggelutinya. Sebelum gelaran BNI-ITB Ultra Marathon pertama digelar tahun 2017, Arief lebih dahulu berpengalaman mengikuti ajang lari serupa. Ia pernah mengikuti Jakarta Marathon tahun 2014 dengan jarak 10 kilometer. Tahun berikutnya, ia pun berpartisipasi dalam Bali International Triathlon.
“Karena bisa juga bersepeda dan berenang, pada 2015 saya mencoba ikut triathlon di Bali. Sejak itu saya punya cita-cita saat berumur 50 tahun ingin ikut marathon. Kemudian, tahun 2018 saya ikut Pocari Sweat Bandung Marathon di kategori 42K dan berikutnya menjajal BNI-ITB Ultra Marathon di kategori Relay 4,” tutur Arief.
Saat itu, ia ikut bergabung dengan tim alumni Teknik Mesin angkatan ’88. Arief ditempatkan di rute paling berat, yaitu di kawasan Puncak yang kondisi jalannya menanjak. Tim sepakat menempatkannya di rute Puncak karena ia sudah terbiasa bersepeda dengan menempuh jarak cukup jauh. Selain itu, ia pun sudah berpengalaman mengikuti maraton sejauh 42 km.
“Bagi saya bisa menaklukkan rute itu seolah menjadi pembuktian bahwa saya pernah maraton. Yang spesial buat saya karena rutenya menanjak,” ujarnya.
Arief mengakui keterlibatannya dengan BNI-ITB Ultra Marathon sejak awal penyelenggaraan. Baginya, BNI-ITB Ultra Marathon merupakan event lari yang luar biasa. Betapa tidak, lomba lari yang awalnya hanya diikuti kurang dari 1.000 peserta, kini diikuti lebih dari 5.000 peserta. BNI-ITB Ultra Marathon, menurutnya, selalu dinantikan oleh alumni ITB, khususnya alumni Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (ITB). Ia tidak menduga, ajang yang awalnya bertujuan menggalang dana untuk membantu fasilitas di FTMD ini mendapatkan animo luar biasa dari alumni lain.
“Awal penyelenggaraan kita menganggap BNI-ITB Ultra Marathon ini adalah event biasa saja. Namun, sambutan dari alumni luar biasa. Tiap tahun jumlah pesertanya terus bertambah. Malah, sekarang sudah menjadi forum reuni dan ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Ada beberapa alumni yang tinggal di luar negeri sengaja mengosongkan jadwal setahun sebelumnya agar mereka bisa ikut acara ini,” ujar Arief yang di awal penyelenggaraan BNI-ITB Ultra Marathon menjabat sebagai Ketua Program Studi Teknik Mesin.
Menurut Arief, selain menjadi ajang silutarahmi alumni dari berbagai angkatan, BNI-ITB Ultra Marathon juga memunculkan jiwa sosial alumni. Dalam setiap penyelenggaraan, selalu terkumpul dana yang jumlahnya cukup besar. “Sejak awal penyelenggaraan, ajang sederhana ini memiliki impact yang luar biasa. Banyak alumni ITB yang sudah menjadi pejabat atau sosok yang well recognize ikut berpartisipasi. Meski begitu, di BNI-ITB Ultra Marathon kita tidak berbicara tentang politik, jabatan atau apa pun. Semuanya guyub untuk ITB,” katanya.
BNI-ITB Ultra Marathon benar-benar telah mendarah daging dalam diri alumni. Arief mengatakan, saat menghadiri acara wisuda ITB, sebagian alumni yang pernah ikut Ultra Marathon ini turut hadir sambil membawa medali BNI-ITB Ultra Marathon. “Itu karena mereka sangat bangga pernah ikut BNI-ITB Ultra Marathon,” ucapnya.
Melihat dampak positif BNI-ITB Ultra Marathon, Arief berharap agar event ini bisa terus diselenggarakan sehingga alumni bisa tetap berkontribusi untuk kemajuan ITB dan bangsa Indonesia. “Seperti dalam penyelenggaraan terakhir. Dana yang terkumpul juga kita alokasikan untuk research COVID-19,” ujar lulusan S-3 Technische Universität Graz, Austria ini.
Ada kebanggaan tersendiri dalam diri Arief dengan apa yang dilakukannya dalam menggeluti olah raga lari. Ia bisa menginspirasi orang lain untuk mulai berolahraga, khususnya menekuni lari. Di umurnya yang sekarang, disebutkan Arief, tentu maraton terbilang ekstrem. Namun, justru itulah yang membuat rekan-rekannya memiliki keinginan untuk bisa melakukan hal serupa.
Arief pun mengaku awalnya memengaruhi dosen-dosen di FTMD lalu kaprodi-kaprodi di ITB hingga akhirnya mereka memiliki komunitas yang dinamai Kaprod Runner. Progres menggembirakan bisa dilihat dari terus bertambahnya alumni yang bergabung. Jika pada ITB Ultra Marathon sebelumnya angkatan ‘88 hanya menurunkan 2 grup atau sebanyak 20 orang, di penyelenggaraan BNI-ITB Ultra Marathon terakhir jumlahnya mencapai 120 orang. Bahkan, di WA group anggotanya sekarang sudah mencapai 200 orang.
“Itu membanggakan karena banyak teman yang mulai berlari. Bangga karena bisa ikut menginspirasi orang lain untuk sehat sekaligus ada kegiatan sosialnya dari olahraga tersebut,” katanya.*











