Ningsih (GD)
Menjadi Peserta BNI-ITB UM 2018
Bermula ketika saya di-japri oleh Melok untuk mengisi formulir dan akan didaftarkan untuk menjadi peserta Tim Relay 16 ITB ‘70 dalam BNI-ITB UM 2018. Saya sampaikan kepada Melok bahwa saya bukan seorang runner. Ketika tahun lalu mengikuti Fun Run Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB sejauh 5 km, sudah saya rasa cukup berat. Saya hanya jalan cepat saja dan jauh tertinggal dari Melok walau akhirnya berhasil saya selesaikan dalam waktu cukup lama. Itulah medali pertama yang saya peroleh. Setelah itu, saya tidak pernah ikut lagi dalam acara run lainnya. Olah raga saya hanya jalan santai dan basket.
Setelah diisi, formulir saya kirim kembali kepada Melok. Ia berkata, “Masih ada waktu 3 bulan. Latihan saja, pasti bisa.” Saya coba berjalan cepat. Pertama kali dilakukan dari rumah ke kampus ITB. Jarak yang 3,5 km yang biasanya ditempuh dalam 1 jam, ternyata bisa dalam tempo lebih singkat. Kemudian saya mencari jalur yang lebih jauh, yaitu 5 km, lanjut 6 km. Mulai terasa sakit di telapak kaki kiri. Saya pikir asam urat. Tapi, ternyata bukan. Saya pikir karena sepatu. Saya beli insole shoes, dari yang biasa hingga yang silikon. Sakit mulai berkurang. Tapi, ketika jarak tempuh ditambah, pulang ke rumah terasa lagi sakit di telapak kaki. Saya coba merendam kaki dalam air hangat plus garam. Anak saya menyarankan untuk membeli sepatu yang agak mahal. Akhirnya saya pun membeli sepatu baru.
Sementara itu, waktu terus berjalan. Tinggal 2 bulan menuju hari H. Saya mencoba menempuh jalur 10 km. Lumayan, hanya terasa sedikit sakit di kaki. Sebelum perubahan WS (saat itu saya ditempatkan di WS 12–13) dengan jarak 11,5 km dari BNI Cianjur ke BNI Ciranjang. Artinya, saya harus mampu menempuh jarak 11,5 km dan waktunya setelah Magrib. Saya pun mencoba latihan jarak tersebut dengan berangkat dari rumah sekitar pukul 16.00. Saya berjalan sesuai jalur yang saya pelajari dari Google menuju tempat praktik dokter gigi untuk memeriksakan gigi yang linu. Dengan berjalan berkeliling, sampailah saya di tempat dokter gigi sekitar Magrib dengan badan basah karena kehujanan dan mandi keringat. Ternyata jarak yang ditempuh hanya 10,8 km, belum sampai 11,5 km, dalam waktu 2 jam lebih. Telapak kaki kiri terasa sakit lagi, malah ditambah dengan nyeri di pangkal paha kanan. Hadeuh, macam-macam deh....
Kemudian ada perubahan lokasi WS, bergeser dari BNI Cianjur ke RM Sate Maranggi dan berakhir di Masjid Rajamandala. Di bagian akhir ada tanjakan pula. Bagaimana ini? Saya segera menyampaikan ke koordinator, Uda Iyal, bahwa kepastian kesertaan akan saya sampaikan akhir September. Saya bingung karena sudah banyak yang membeli langkah saya. Bagaimana kalau saya sampai mengundurkan diri?.
Alhamdulillah, ketika kapten BWS memberikan peringkat pada para marathoner ITB ‘70, saya berada di posisi paling bawah. Saya langsung mengacungkan jempol. Thanks BWS. Saya pun dialihkan ke WS 14–15, dengan jarak 8 km dan perbedaan elevasi 100 m. Dengan dua kali melakukan latihan di lokasi sebenarnya bersama Lien dan kemudian dengan Melok, ternyata banyak membantu. Terima kasih buat Lien yang menggantikan posisi saya. Ternyata waktu tempuh tetap tidak berubah, sekitar 1 jam 45 menit, baik pada latihan pertama maupun kedua, karena banyaknya kendaraan di samping saya dan saya harus naik turun trotoar.
Di hari H, tim Bandung berangkat menuju Pine Mason Hotel di Kotabaru Parahyangan, Padalarang untuk maksi bersama dengan tim pendukung, yaitu Hira, Suci, Ida, Dedi S, Mawardi. Mereka ini yang mengoordinasi akomodasi, perbekalan, antar jemput, dan lainnya. Giliran saya sekitar pukul 01.00 dini hari. Waswas timbul karena tidak ada berita dari Iyus mengenai keberadaannya. Saya kehilangan komunikasi sejak WS sebelumnya. Saya pun hanya bisa menunggu, sampai akhirnya Iyus muncul diiringi BWS. Hebat kapten kita, mengikuti terus para pelari. Salut deh.
Awalnya saya coba berlari. Pada waktu latihan saya sanggup slow jogging paling jauh hanya 1 km. Eh, BWS bertanya, “Sudah langsung lari?” La iyalah, di jalan datar saya coba slow jogging sekuatnya. Nanti di tanjakan, saya jalan lagi. Alhamdulillah dengan cara ini saya bisa lebih cepat 17 menit. Jalan sepi, tidak seperti ketika latihan. Ketika menyeberang jalan dibantu oleh panitia dan tidak harus naik ke trotoar, bisa di garis putih di pinggir jalan. Seharusnya saya bisa lebih cepat lagi. Akhirnya saya sampai di WS 15 dan menyerahkan buff ke Melok, lalu saya ikut mobil Hira ke kampus sambil mengawal Melok. Tapi, ternyata tas saya yang berisi pakaian ganti tidak dibawakan, padahal baju yang saya pakai sudah basah kuyup oleh keringat. Sampai acara Victory Run dari Rektorat ke kampus, tas masih belum datang juga. Terpaksa saya menggunakan jersey BNI-ITB UM 2018 yang untungnya sudah kering. Ya sudahlah.... Kalau tidak mengingat moto ITB ‘70: ‘Sekali Teman Tetap Teman’, barangkali lain ceritanya.
Alhamdulillah, saya masih bisa turut meramaikan acara BNI-ITB UM 2018 sebagai bagian dari tim Relay 16 dan dapat menyelesaikan tugas saya. Beban terasa terangkat dan hati pun plong. Terima kasih untuk teman-teman ITB ‘70: Nin YP, Buket, bendahara, tim pendukung, de sorakers dan teman-teman yang telah membeli langkah saya untuk disumbangkan ke Dana Lestari ITB.










